Senin, 16 April 2012

Siapakah 666?

Angka bilangan mistik “666” dari binatang di dalam Wahyu 13 : 18, yang diaplikasikan kepada kepausan itu terbukti tidak berlandaskan Injil dan bahkan tidak beralasan sama sekali. Jika huruf-huruf yang bersifat angka dari gelarnya Paus itu mengandung angka 666, maka masih ada banyak gelar bagi yang lain, maupun nama-nama perseorangan yang mengandung angka bilangan yang sama. Dengan hanya menghitung nilai angka dari huruf-huruf di dalam sesuatu gelar atau nama, kita akan menemukan banyak yang cocok, sebab itu kita harus mencarikan bukti Alkitab untuk membuat aplikasikanya. Jika kita tidak membuktikan pendapat itu sedemikian ini, maka tidak akan tepat dan tidak adil mengaplikasikan simbol itu kepada seseorang pribadi.

Pendapat mengenai aplikasi simbolis dari nabi palsu pada Wahyu 19 : 20, perempuan yang mengendarai binatang merah kermizi dari Wahyu 17, binatang yang menyerupai harimau kumbang dari Wahyu 13, binatang merah kermizi dari Wahyu 17, dan binatang yang tak tergambarkan dari Daniel 7, yang dikatakan sebagai simbol-simbol dari kepausan, adalah tidak berlandaskan Alkitab dan juga tidak logis.

“Maka aku tampak seekor binatang lain datang keluar dari bumi, yang bertanduk dua seperti tanduk anak domba, maka ia berbicara seperti seekor naga. Maka ia melakukan semua kekuasaan dari binatang yang pertama yang mendahuluinya, dan menyuruh bumi berikut semua orang yang diam di dalamnya supaya menyembah binatang yang pertama itu, yang luka parahnya telah sembuh. Maka ia melakukan berbagai tanda ajaib yang besar-besar, sehingga ia menurunkan api dari langit ke atas bumi di hadapan mata orang banyak, dan menyesatkan mereka yang diam di bumi dengan perantaraan segala tanda ajaib itu yang diberi kuasa kepadanya untuk dilakukan di hadapan binatang itu; sambil mengatakan kepada mereka yang diam di bumi, bahwa mereka harus membuat sebuah patung bagi binatang itu yang sudah kena luka pedang, tetapi hidup. Maka ia pun diberi kuasa untuk memberi napas hidup kepada patung binatang itu supaya patung binatang itu berkata-kata, dan membuat seberapa banyak orang yang tiada menyembah patung binatang itu supaya dibunuh. Maka ia membuat sekalian orang, kecil besar, kaya miskin, merdeka atau pun hamba, supaya semuanya itu menerima suatu tanda dalam tangan kanan mereka atau dalam dahi mereka, dan supaya tiada seorang pun dapat berjual beli, terkecuali orang yang memiliki tanda itu, atau nama dari binatang itu, atau angka bilangan dari namanya. Di sinilah hikmat. Hendaklah orang yang mengerti menghitung angka bilangan binatang itu, karena ia itu adalah angka bilangan dari seseorang; dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam.” (Wahyu 13 : 11 – 18).

“Dan ia menyesatkan mereka yang diam di bumi oleh perantaraan tanda-tanda ajaib itu yang telah dikuasakan kepadanya untuk dibuat di hadapan mata binatang itu.” (Ayat 14). Binatang yang dibicarakan di sini ialah binatang yang bertanduk seperti tanduk anak domba tetapi ada seseorang yang lain yang telah diperkenalkan dengan kata pengganti “dia” (he), yang “memiliki kuasa untuk melakukan berbagai keajaiban di hadapan mata binatang itu” (binatang yang bertanduk seperti tanduk anak domba). Firman berikut ini akan memperjelas siapa orang itu yang melakukan berbagai keajaiban itu : “Maka binatang itu tertangkaplah dan bersama dengan dia nabi palsu itu yang telah mengadakan berbagai tanda ajaib di hadapannya (di hadapan yang bertanduk dua itu) dengan mana ia telah menyesatkan mereka yang telah menerima tanda binatang itu, dan mereka yang telah menyembah patungnya. Keduanya ini dicampakkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang bernyala-nyala yang bercampur belerang.” (Wahyu 19 : 20). Oleh sebab itu, maka tanda-tanda ajaib itu adalah dilakukan oleh nabi palsu itu di hadapan mata binatang itu yang bertanduk dua itu.

Ada banyak binatang yang dibicarakan di dalam Alkitab, tetapi binatang yang bertanduk dua ini ialah satu-satunya yang dapat disebut dengan kata-kata “seseorang.” Dapatlah dicatat, bahwa semenjak dari ayat 11 dan seterusnya, dari Wahyu pasal 13 itu, Injil terus berbicara mengenai binatang yang bertanduk dua dan mengakhiri dengan kata-kata : “Karena ia itu adalah angka bilangan dari seseorang; dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam.” Oleh sebab itu, maka bilaangaan mistik ”666” itu tak lain adalah kepunyaan binatang yang bertanduk dua itu. Tetapi bagaimanapun juga, kita tidak mungkin menyimpulkan begitu saja, bahwa tidak ada seorang pun sebelumnya yang dapat memiliki sebuah angka bilangan yang sedemikian itu.

Pendapat yang menyebut kepausan itu dengan binatang adalah sama sekali keliru. Kepausan telah dilambangkan dengan simbol-simbol pada dua binatang yang berbeda. Pertama, pada “binatang yang tak tergambarkan” dari Daniel 7, dilambangkan oleh “tanduk kecil yang memiliki mata seperti mata manusia, dan sebuah mulut yang membicarakan perkara-perkara besar”; kedua, pada “binatang yang menyerupai harimau kumbang” dari Wahyu 13, dilambangkan oleh kepala yang telah “terluka membawa mati.” Binatang- binatang ini adalah universal, melambangkan seluruh dunia dalam sejarah mereka, baik sipil maupun agama. Oleh sebab itu tidak mungkin dapat dikatakan terhadap salah satu binatang itu dengan kata-kata,“ia itu adalah… seseorang.” Kepausan hanya merupakan sebagian daripada kedua binatang(tanduk — kepala pada binatang yang satu, dan hanya sebuah kepala yang terluka pada binatang yang lainnya) tidak mungkin dapat disebut “binatang itu.” Binatang yang bertanduk dua itu adalah satu-satunya binatang yaang melambangkan sebuah pemerintahan agama politik setempat. Oleh sebab itu, maka dia sajalah yang dapat disebut dengan kata-kata, ia itu adalah “seseorang”. Dengan demikian siapapun saja yang kelak berdiri pada pucuk pimpinan dari kuasa penganiaya itu seperti yang digambarkan di dalam pasal ini, dan yang dilambangkan oleh binatang itu, maka dialah orang itu yang kelak membawa angka bilangan mistik 666 itu. Roh Nubuat juga menegaskan, bahwa “Raja dari utara yang dikemukakan di dalam Daniel 11 : 45, dan binatang bertanduk dua dari Wahyu 13, ialah penguasa yang sama dan bahwa ialah yang akan membawa angka bilangan mistik 666 ini. Kami mengutipnya sebagai berikut : “Penguasa ini adalah yang terakhir yang menginjak-injak sidang Allah yang benar; maka sementara sidang yang benar itu masih diinjak-injak dan dibuang oleh dunia Kristen, menyusul lagi bahwa kuasa penindasan yang terakhir itu belum “mencapai ajalnya”; dan Mikhail belum berdiri. Kuasa yang terakhir ini yang menginjak-injak umat kesucian adalah dikemukakan di dalam Wahyu 13 : 11-18. Angka bilangannya ialah 666.”A Word to the Little Flock, pp. 8,9. Kami telah membuktikan kebenaran angka bilangan itu dengan satu cara, maka kini kami akan membuktikannya dengan cara yang lain.

Binatang yang Bertanduk Dua Seperti Anak Domba

Sementara Yohanes memandang kepada khayal itu dengaan seksama, maka perhatiannya kemudian diarahkan kepada suatu objek menarik lainnya. “Maka aku tampak seekor binatang lain datang keluar dari bumi, yang bertanduk dua seperti tanduk anak domba, maka ia berbicara seperti seekor naga.”(Ayat 11). Tepat menjelang tahap kedua dan terakhir dari binatang yang tak tergambarkan itu hendak berakhir, maka suatu penguasa bumi yang lain lagi akan naik keatas pentas, sesuai dengan khayal itu. Adalah baik sekali untuk dicatat betapa tepatnya simbol-simbol itu, bahkan sampai kepada masa dan urutannya yang tepat. Binatang yang memiliki tanduk-tanduk seperti tanduk anak domba itu (janji mengenai pertumbuhan) tentu adalah lambang dari sesuatu bangsa “yang bangkit secara perlahan-lahan bagaikan dari suatu rencana yang kecil sampai menjadi suatu kerajaan yang kuat.” “Seperti anak domba,” adalah gambaran dari pemerintahan itu yang sedang naik dalam tahun 1776 TM. (Lihat buku Great Controversy, halaman 439 – 441).

Binatang ini telah diterima sebagai simbol dari Amerika Serikat. Oleh sebab itu, perhatian kami bukanlah untuk mengeluarkan fakta-fakta kenyataan yang berhubungan dengan aplikasinya. Tujuan kami adalah, seperti yang telah dikemukakan terdahulu, untuk menghubungkan secara singkat binatang yang satu dengan yang lainnya dengan cara melemparkan terang pada simbol-simbol yang belum dapat dimengerti.

Dapatlah dicatat bahwa setiap binatang yang melambangkan sejarah Wasiat Baru memiliki sepuluh tanduk, terkecuali binatang yang satu ini. Kami ulangi, bahwa sepuluh tanduk itu berdiri sebagai lambang dari sistem-sistem pemerintahan universal. Kenyataan ini membuktikan, bahwa binatang yang bertanduk dua itu melambangkan sebuah pemerintahan setempat. Karena penguasa-penguasa sipil atau pemerintahan-pemerintahan yang dilambangkan oleh tanduk-tanduk, binatang yang satu ini memiliki dua buah tanduk, maka jelas bangsa yang dilambangkan oleh simbol ini, akan memiliki suatu bentuk pemerintahan rangkap dua. Sebagaimana Yohanes mengatakan, “Binatang itu berbicara seperti seekor naga”, maka ia itu jelas mengungkapkan bahwa ia akan menanggalkan undang-undang dasarnya, dan kemerdekaan karunia Allah dari para warganya akan kelak ditiadakan. Menurut ayat 12 penguasa ini akan kelak meniru binatang yang “mendahuluinya” (pemerintahan kepausan) : “Maka ia melakukan segala kuasa dari binatang yang pertama yang mendahuluinya, dan menyuruh bumi dan mereka yang tinggal di dalamnya untuk menyembah binatang yang pertama itu, yaitu dia yang luka parahnya itu telah sembuh.” Jika bangsa yang besar ini harus mengambil manfaat yang tidak sepatutnya dari pikiran para warganya melalui perundang-undangan, mengenai bagaimana mereka boleh beribadah atau pun tidak boleh, maka itu kelak akan bertentangan terhadap kententuan-ketentuan yang ada di dalam undang-undang dasarnya – yaitu berbicara seperti seekor naga. Mengutip undang-undang dasar Amerika Serikat, maka amandemen yang pertama yang berkenaan dengan masalah-masalah agama, berbunyi : “Majelis Permusyawaratan Rakyat tidak diperkenankan membuat undang-undang apapun membenarkan sesuatu pendirian agama, atau melarang kebebasan orang melaksanakannya.” Jika negara ini kelak tidak lagi mengakui amandemen ini, maka ini kelak sepenuhnya menggenapi kegenapan dari ketentuan simbol itu.

Ayat yang berikut mengungkapkan kenyataan, bahwa naga yang tua itu kelak akan melakukan kuasanya untuk menyesatkan sebanyak mungkin orang-orang : “maka ia melakukan keajaiban-keajaiban besar, sehingga ia menurunkan api dari langit ke atas bumi di hadapan mata orang-orang. Maka ia menyesatkan mereka yang diam di bumi dengan keajaiban-keajaiban itu yang telah dikuasakan kepadanya untuk dilakukan di hadapan mata binatang itu, bahwa mereka harus membuatkan sebuah patung bagi binatang itu yang telah terkena luka pendang, tetapi hidup.” (Wahyu 13 : 13, 14). Demikianlah ia akan melakukan berbagai kekuasaan aniaya maupun berbagai perbuatan keajaiban.

Karena Firman mengungkapkan penipuan yang besar ini, maka orang akan berpikir bahwa dunia pasti akan membuka matanya dan menolak untuk dipikat oleh keajaiban-keajaiban Iblis yang sedemikian ini. Namun Iblis tahu, bahwa orang banyak itu tidak menghiraukan Firman Allah, dan bahwa perasaan-perasaan mereka itu akan mudah digerakkan oleh hal-hal gaib yang mengherankan serta oleh fasih lidah manusia. Oleh sebab itu ia akan menyempurnakan berbagai ikhtiarnya sehingga banyak orang akan jatuh ke dalamnya walaupun telah diberikan amaran-amaran. Pikiran manusia tidak dapat memahami akan kuasa yang misterius dan yang tak dapat dielakkan itu yang segera akan menyebarkan bayangannya yang menakutkan itu atas semua penduduk bumi. Tidak ada satu pun mahluk fana dapat tahan berdiri melawan bentuk organisasi agama dan sipil yang gaib itu. Mereka yang adalah siswa-siswa dari Firman, yang menaruh harap pada Allah dengan sepenuhnya, lalu dengan demikian itu dipenuhi dengan Roh Suci, merekalah yang akan luput dari jerat yang mengerikan itu.

“Hanya orang-orang yang lebih menghendaki mati daripada melakukan sesuatu tindakan salah yang kelak akan didapati setia.” – Testimonies for the Church, jilid 5, halaman 53. Satu-satunya jaminan mereka itu ialah, “demikianlah firman Tuhan.” Mereka harus memandang kepada Allah sebagai satu-satunya pelepas mereka, seperti yang diperbuat oleh ketiga pemuda Ibrani di Babilon kuno yang lalu, dan seperti halnya Daniel di dalam lubang singa. Apa pun mungkin akibatnya, umat Allah dapat memperoleh perlindungan hanya oleh berdiri sebagai Sadrach, Messakh, dan Abednego, seperti sewaktu mereka member jawaban kepada raja Nebukhadnesar sebagai berikut : “Ya, raja Nebukhadnesar, tidak ada gunanya kami memberi jawaban kepada tuanku dalam hal ini. Jikalau sudah pasti perkara itu atas kami, maka Allah kami yang kami berbuat ibadah kepada-Nya itu juga berkuasa untuk melepaskan kami dari dalam dapur api yang bernyala-nyala, dan Ia akan melepaskan kami dari tangan tuanku raja. Bahwa sekali-kali tiada kami akan menyembah sujud kepada patung keemasan yang telah tuanku dirikan itu.”

Umat Allah, bersama-sama dengan Daniel, akan mampu untuk mengatakan pada masa kelepasan mereka : “Allahku telah menyuruh malaikat-Nya dan telah mengatup semua mulut singa itu, sehingga mereka tidak mau melukai aku, sebab telah didapati akan daku tiada bersalah di hadapan-Nya, dan lagi akan tuanku tiada aku berbuat barang sesuatu yang salah.” (Daniel 6 : 22). Dalam masa cobaan yang sedemikian ini jelaslah terlihat kelak siapa yang berbakti kepada Allah dan siapa yang tidak berbakti kepada-Nya masa kesusahan itu akan membagi penduduk bumi ke dalam dua kelas yang terpisah dan menyolok, bagaikan domba-domba dan kambing-kambing.

“Maka ia pun diberi kuasa untuk memberikan napas hidup kepada patung binatang itu supaya patung binatang itu berkata-kata, dan membuat seberapa banyak orang yang tiada menyembah patung binatang itu supaya dibunuh. Maka ia membuat sekalian orang, kecil besar, kaya miskin, merdeka atau pun hamba, supaya semuanya itu menerima suatu tanda dalam tangan mereka atau dalam dahi mereka, dan supaya tidak seorang pun dapat berjual beli, terkecuali orang yang memiliki tanda itu, atau nama dari binatang itu, atau angka bilangan dari namanya.” (Wahyu 13 : 15 – 17).

Keputusan yang drastis dari binatang yang bertanduk dua ini akan dipakai oleh bangsa-bangsa di dunia, dan patung dari binatang itu, yang akan menuntut kepatuhan kepada suatu bentuk peribadatan agama, yang akan didirikan secara international. Tanda dari binatang itu ialah pemeliharaan Hari Minggu. Dengan dalih apa pun juga, mereka yang lalai dan acuh tak acuh akan menyembah patung binatang itu dan menerima tanda itu. Hanya orang-orang yang telah memperkuat diri mereka dengan iman dari Allah, dalam pengetahuan akan Firman-Nya, dan mematuhi ketentuan-ketentuan Ilahi melalui penyucian hati oleh kuasa Roh Suci, yang akan mampu melepaskan diri dari tangkapan Iblis. Apabila umat Allah dilarang berjual beli, maka satu-satunya sumber ketergantungan mereka kelak melalui takdir Ilahi. Satu dan lain cara untuk jangka waktu yang singkat itu, Allah akan menjamin dan memperhatikan bagi umat-Nya. Tetapi ia itu mungkin sekali sama keadaannya dengan perjalanan di padang belantara.

“Masa itu tidak jauh lagi, apabila, seperti halnya para rasul di masa lalu, kita akan dipaksa untuk mencari tempat berlindung di tempat-tempat sepi dan terpencil. Sebagaimana pengepungan Yerusalem oleh tentara Romawi telah merupakan pertanda untuk melarikan diri bagi orang-orang Kristen Yahudi, maka demikian pula apabila bangsa kita (bangsa Amerika) memegang kuasa, mengeluarkan keputusan memaksakan pemeliharan Sabat kepausan itu, maka ia itu kelak merupakan suatu amaran bagi kita. Pada waktu itulah masanya untuk meninggalkan kota-kota besar, persiapan untuk meninggalkan kota-kota kecil untuk tinggal di tempat-tempat terpencil sebagai rumah-rumah istirahat di antara gunung-gunung.” – Testimonies for the Church, jilid 5, halaman 464, 465