Senin, 16 April 2012

Binatang yang Bertanduk Dua Seperti Anak Domba

Sementara Yohanes memandang kepada khayal itu dengaan seksama, maka perhatiannya kemudian diarahkan kepada suatu objek menarik lainnya. “Maka aku tampak seekor binatang lain datang keluar dari bumi, yang bertanduk dua seperti tanduk anak domba, maka ia berbicara seperti seekor naga.”(Ayat 11). Tepat menjelang tahap kedua dan terakhir dari binatang yang tak tergambarkan itu hendak berakhir, maka suatu penguasa bumi yang lain lagi akan naik keatas pentas, sesuai dengan khayal itu. Adalah baik sekali untuk dicatat betapa tepatnya simbol-simbol itu, bahkan sampai kepada masa dan urutannya yang tepat. Binatang yang memiliki tanduk-tanduk seperti tanduk anak domba itu (janji mengenai pertumbuhan) tentu adalah lambang dari sesuatu bangsa “yang bangkit secara perlahan-lahan bagaikan dari suatu rencana yang kecil sampai menjadi suatu kerajaan yang kuat.” “Seperti anak domba,” adalah gambaran dari pemerintahan itu yang sedang naik dalam tahun 1776 TM. (Lihat buku Great Controversy, halaman 439 – 441).

Binatang ini telah diterima sebagai simbol dari Amerika Serikat. Oleh sebab itu, perhatian kami bukanlah untuk mengeluarkan fakta-fakta kenyataan yang berhubungan dengan aplikasinya. Tujuan kami adalah, seperti yang telah dikemukakan terdahulu, untuk menghubungkan secara singkat binatang yang satu dengan yang lainnya dengan cara melemparkan terang pada simbol-simbol yang belum dapat dimengerti.

Dapatlah dicatat bahwa setiap binatang yang melambangkan sejarah Wasiat Baru memiliki sepuluh tanduk, terkecuali binatang yang satu ini. Kami ulangi, bahwa sepuluh tanduk itu berdiri sebagai lambang dari sistem-sistem pemerintahan universal. Kenyataan ini membuktikan, bahwa binatang yang bertanduk dua itu melambangkan sebuah pemerintahan setempat. Karena penguasa-penguasa sipil atau pemerintahan-pemerintahan yang dilambangkan oleh tanduk-tanduk, binatang yang satu ini memiliki dua buah tanduk, maka jelas bangsa yang dilambangkan oleh simbol ini, akan memiliki suatu bentuk pemerintahan rangkap dua. Sebagaimana Yohanes mengatakan, “Binatang itu berbicara seperti seekor naga”, maka ia itu jelas mengungkapkan bahwa ia akan menanggalkan undang-undang dasarnya, dan kemerdekaan karunia Allah dari para warganya akan kelak ditiadakan. Menurut ayat 12 penguasa ini akan kelak meniru binatang yang “mendahuluinya” (pemerintahan kepausan) : “Maka ia melakukan segala kuasa dari binatang yang pertama yang mendahuluinya, dan menyuruh bumi dan mereka yang tinggal di dalamnya untuk menyembah binatang yang pertama itu, yaitu dia yang luka parahnya itu telah sembuh.” Jika bangsa yang besar ini harus mengambil manfaat yang tidak sepatutnya dari pikiran para warganya melalui perundang-undangan, mengenai bagaimana mereka boleh beribadah atau pun tidak boleh, maka itu kelak akan bertentangan terhadap kententuan-ketentuan yang ada di dalam undang-undang dasarnya – yaitu berbicara seperti seekor naga. Mengutip undang-undang dasar Amerika Serikat, maka amandemen yang pertama yang berkenaan dengan masalah-masalah agama, berbunyi : “Majelis Permusyawaratan Rakyat tidak diperkenankan membuat undang-undang apapun membenarkan sesuatu pendirian agama, atau melarang kebebasan orang melaksanakannya.” Jika negara ini kelak tidak lagi mengakui amandemen ini, maka ini kelak sepenuhnya menggenapi kegenapan dari ketentuan simbol itu.

Ayat yang berikut mengungkapkan kenyataan, bahwa naga yang tua itu kelak akan melakukan kuasanya untuk menyesatkan sebanyak mungkin orang-orang : “maka ia melakukan keajaiban-keajaiban besar, sehingga ia menurunkan api dari langit ke atas bumi di hadapan mata orang-orang. Maka ia menyesatkan mereka yang diam di bumi dengan keajaiban-keajaiban itu yang telah dikuasakan kepadanya untuk dilakukan di hadapan mata binatang itu, bahwa mereka harus membuatkan sebuah patung bagi binatang itu yang telah terkena luka pendang, tetapi hidup.” (Wahyu 13 : 13, 14). Demikianlah ia akan melakukan berbagai kekuasaan aniaya maupun berbagai perbuatan keajaiban.

Karena Firman mengungkapkan penipuan yang besar ini, maka orang akan berpikir bahwa dunia pasti akan membuka matanya dan menolak untuk dipikat oleh keajaiban-keajaiban Iblis yang sedemikian ini. Namun Iblis tahu, bahwa orang banyak itu tidak menghiraukan Firman Allah, dan bahwa perasaan-perasaan mereka itu akan mudah digerakkan oleh hal-hal gaib yang mengherankan serta oleh fasih lidah manusia. Oleh sebab itu ia akan menyempurnakan berbagai ikhtiarnya sehingga banyak orang akan jatuh ke dalamnya walaupun telah diberikan amaran-amaran. Pikiran manusia tidak dapat memahami akan kuasa yang misterius dan yang tak dapat dielakkan itu yang segera akan menyebarkan bayangannya yang menakutkan itu atas semua penduduk bumi. Tidak ada satu pun mahluk fana dapat tahan berdiri melawan bentuk organisasi agama dan sipil yang gaib itu. Mereka yang adalah siswa-siswa dari Firman, yang menaruh harap pada Allah dengan sepenuhnya, lalu dengan demikian itu dipenuhi dengan Roh Suci, merekalah yang akan luput dari jerat yang mengerikan itu.

“Hanya orang-orang yang lebih menghendaki mati daripada melakukan sesuatu tindakan salah yang kelak akan didapati setia.” – Testimonies for the Church, jilid 5, halaman 53. Satu-satunya jaminan mereka itu ialah, “demikianlah firman Tuhan.” Mereka harus memandang kepada Allah sebagai satu-satunya pelepas mereka, seperti yang diperbuat oleh ketiga pemuda Ibrani di Babilon kuno yang lalu, dan seperti halnya Daniel di dalam lubang singa. Apa pun mungkin akibatnya, umat Allah dapat memperoleh perlindungan hanya oleh berdiri sebagai Sadrach, Messakh, dan Abednego, seperti sewaktu mereka member jawaban kepada raja Nebukhadnesar sebagai berikut : “Ya, raja Nebukhadnesar, tidak ada gunanya kami memberi jawaban kepada tuanku dalam hal ini. Jikalau sudah pasti perkara itu atas kami, maka Allah kami yang kami berbuat ibadah kepada-Nya itu juga berkuasa untuk melepaskan kami dari dalam dapur api yang bernyala-nyala, dan Ia akan melepaskan kami dari tangan tuanku raja. Bahwa sekali-kali tiada kami akan menyembah sujud kepada patung keemasan yang telah tuanku dirikan itu.”

Umat Allah, bersama-sama dengan Daniel, akan mampu untuk mengatakan pada masa kelepasan mereka : “Allahku telah menyuruh malaikat-Nya dan telah mengatup semua mulut singa itu, sehingga mereka tidak mau melukai aku, sebab telah didapati akan daku tiada bersalah di hadapan-Nya, dan lagi akan tuanku tiada aku berbuat barang sesuatu yang salah.” (Daniel 6 : 22). Dalam masa cobaan yang sedemikian ini jelaslah terlihat kelak siapa yang berbakti kepada Allah dan siapa yang tidak berbakti kepada-Nya masa kesusahan itu akan membagi penduduk bumi ke dalam dua kelas yang terpisah dan menyolok, bagaikan domba-domba dan kambing-kambing.

“Maka ia pun diberi kuasa untuk memberikan napas hidup kepada patung binatang itu supaya patung binatang itu berkata-kata, dan membuat seberapa banyak orang yang tiada menyembah patung binatang itu supaya dibunuh. Maka ia membuat sekalian orang, kecil besar, kaya miskin, merdeka atau pun hamba, supaya semuanya itu menerima suatu tanda dalam tangan mereka atau dalam dahi mereka, dan supaya tidak seorang pun dapat berjual beli, terkecuali orang yang memiliki tanda itu, atau nama dari binatang itu, atau angka bilangan dari namanya.” (Wahyu 13 : 15 – 17).

Keputusan yang drastis dari binatang yang bertanduk dua ini akan dipakai oleh bangsa-bangsa di dunia, dan patung dari binatang itu, yang akan menuntut kepatuhan kepada suatu bentuk peribadatan agama, yang akan didirikan secara international. Tanda dari binatang itu ialah pemeliharaan Hari Minggu. Dengan dalih apa pun juga, mereka yang lalai dan acuh tak acuh akan menyembah patung binatang itu dan menerima tanda itu. Hanya orang-orang yang telah memperkuat diri mereka dengan iman dari Allah, dalam pengetahuan akan Firman-Nya, dan mematuhi ketentuan-ketentuan Ilahi melalui penyucian hati oleh kuasa Roh Suci, yang akan mampu melepaskan diri dari tangkapan Iblis. Apabila umat Allah dilarang berjual beli, maka satu-satunya sumber ketergantungan mereka kelak melalui takdir Ilahi. Satu dan lain cara untuk jangka waktu yang singkat itu, Allah akan menjamin dan memperhatikan bagi umat-Nya. Tetapi ia itu mungkin sekali sama keadaannya dengan perjalanan di padang belantara.

“Masa itu tidak jauh lagi, apabila, seperti halnya para rasul di masa lalu, kita akan dipaksa untuk mencari tempat berlindung di tempat-tempat sepi dan terpencil. Sebagaimana pengepungan Yerusalem oleh tentara Romawi telah merupakan pertanda untuk melarikan diri bagi orang-orang Kristen Yahudi, maka demikian pula apabila bangsa kita (bangsa Amerika) memegang kuasa, mengeluarkan keputusan memaksakan pemeliharan Sabat kepausan itu, maka ia itu kelak merupakan suatu amaran bagi kita. Pada waktu itulah masanya untuk meninggalkan kota-kota besar, persiapan untuk meninggalkan kota-kota kecil untuk tinggal di tempat-tempat terpencil sebagai rumah-rumah istirahat di antara gunung-gunung.” – Testimonies for the Church, jilid 5, halaman 464, 465

Tidak ada komentar:

Posting Komentar